DEPRESI POSTPARTUM DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN PERAN PADA IBU NIFAS
Abstract
Proses penyesuaian menjadi ibu sangat rentan terhadap gangguan emosi terutama selama kehamilan, persalinan dan postpartum. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh seorang wanita dalam mengahadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada beberapa minggu atau bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun psikis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi ada sebagian lainnya yang tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom.
Sistem dukungan yang kuat dan konsisten merupakan faktor utama keberhasilan melakukan penyesuaian bagi ibu. ibu membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah tangganya seperti menyiapkan makanan, mencuci pakaian dan berbelanja, dan juga ibu membutuhkan dorongan, penghargaan dan pernyataan bahwa ia adalah ibu yang baik. Bantuan atau dukungan yang paling efektif didapat dari suami.
Suami merupakan social support yang paling utama selain anggota keluarga lain juga petugas kesehatan. Bila pasangan kurang memberikan dukungan saat ibu memasuki masa postpartum, hal ini bisa menjadi pemicu munculnya kejadian depresi postpartum, karena ibu postpartum merasa kurang dicintai dan dihargai.
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada organ reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan (psikologis) ibu, juga mengalami perubahan.
Salah satu gangguan psikologi tersebut adalah depresi postpartum yang dialami ibu pada hari ketujuh sampai 8 minggu setelah melahirkan, dan dalam kasus yang lebih parah, bisa berlanjut selama setahun (Mansur, 2009:157). Depresi postpartum merupakan salah satu bagian integral dari permasalahan gangguan jiwa yang terjadi pada ibu yang melahirkan.
Sistem dukungan yang kuat dan konsisten merupakan faktor utama keberhasilan melakukan penyesuaian bagi ibu. ibu membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah tangganya seperti menyiapkan makanan, mencuci pakaian dan berbelanja, dan juga ibu membutuhkan dorongan, penghargaan dan pernyataan bahwa ia adalah ibu yang baik. Bantuan atau dukungan yang paling efektif didapat dari suami.
Suami merupakan social support yang paling utama selain anggota keluarga lain juga petugas kesehatan. Bila pasangan kurang memberikan dukungan saat ibu memasuki masa postpartum, hal ini bisa menjadi pemicu munculnya kejadian depresi postpartum, karena ibu postpartum merasa kurang dicintai dan dihargai.
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada organ reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan (psikologis) ibu, juga mengalami perubahan.
Salah satu gangguan psikologi tersebut adalah depresi postpartum yang dialami ibu pada hari ketujuh sampai 8 minggu setelah melahirkan, dan dalam kasus yang lebih parah, bisa berlanjut selama setahun (Mansur, 2009:157). Depresi postpartum merupakan salah satu bagian integral dari permasalahan gangguan jiwa yang terjadi pada ibu yang melahirkan.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)DOI: https://doi.org/10.36419/jkebin.v5i2.87
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 Jurnal Kebidanan Indonesia