Gambaran Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Kalurahan Laweyan Surakarta Tahun 2009

Mail Ani Nur Fauziah(1*)
Mail Putri Apsari(2)


(1) , 
(2) , 
(*) Corresponding Author

Abstract


Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatankualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh rasa kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas, dan produktif.

     Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat terjadi dari berbagai akibat, yaituketidakseimbangan asupan zat gizi, faktor penyakit pencernaa, absorpsi, dan penyakit infeksi.Bila jumlah asupan gizinya lebih rendah dari kebutuhan disebut gizi kurang, sedangkan bila asupan gizi sangat kurang dari kebutuhan disebut gizi buruk.

   Dari data Departemen Kesehatan menyebutkanpada tahun 2003 sebanyak lima juta anak balita (27,5 %) kurang gizi dimana 3,5 juta (19,2 %) diantaranya pada tingkat gizi kurang dan 1,3 juta (8,3 %) sisanya mengalami gizi buruk. Pada tahun 2004 masalah gizi masih terjadi di 77,3% kabupaten dan 56 % kota di Indonesia.Pengelompokan prevalensi gizi kurang menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)Indonesia tergolong sebagai negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi pada 2004 karena 5.119.935 balita dari 17.983.244 balita Indonesia (28,47 %) termasuk gizi kurang dan gizi buruk. Pada tahun 2007 kurang gizi di Indonesia turun menjadi 4,1 juta (755.397 diantaranya kasus gizi buruk) (ikayanakesmas, 2008:2).

    Hasil observasi, pengalaman lapangan hingga kenerhasilan cakupan suatu program yang telah dianalisis membuktikan bahwa peran serta masyarakat sangat menentukan terhadap keberhasilan, kemandirian, dan kesinambungan pembangunan kesehatan. Penyebabnya ada dua faktor, pertama ; dapat menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) dan faktor kedua : kesinambungan (continuity) pelaksanaan program kesehatan. Dengan demikian maka sebaiknya pengorganisasian kegiatan masyarakat dalam pembangunan kesehatan harus dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (Miftah, 2008:1).

   Biasanya posyandu dilaksanakan di abnjar-banjar dengan menggunakan mekanisme lima meja dengan urutan dimulai dari penyuluhan berkelompok, penimbangan balita, pencatatan pada KMS, pelayanan untuk ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur tentang KB sampai dengan vaksinisasi. Bahkan belakangan berkembang posyandu paripurna dengan menjaad kesehatan manula. Dengan terselenggaranya kegiatan ini dengan baik maka posyandu dapat menjadi sarana survaillance yang baik utamanya dalam mencegah terjadinya kasus gizi buruk. Berdasarkan kegiatan posyandu akan didapatkan data jumlah balita, balita sehat, status gizi kurang dan berstatus  gizi buruk. Dat-data inilah yang menjadi acuan dalam melakukan perbaikan gizi di daerah tersebut yang dikoordinasi dengan pihak puskesmas setempat.

   Kesadaran akan pentingnya peran posyandu harus dibarengi peran aktif masyarakat.sebab dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 20010, masyarakat adalah subjek dari pembangunan. Permasalahan kurang kader dapat diminimalisir dengan melakukan kerjasama dengan kepala lingkungan masing-masing dalam mensukseskan program posyandu. Program ini menitikberatkan pada partisipasi masyarakat, digunakan untuk masyarakat iru sendiri.

   Berdasarkan laporan Puskesmas Pajang tahun 2006 dimana kelurahan Laweyan merupakan salah satu wilayah tercatat 3143 balita. Balita yang ditimbang 2892 balita, IT (0,38 %) balita diantaranya merupakan balita dengan gizi buruk dan 83(3,83%) balita merupakan balita dengan timabangan dibawah garis merah (BGM). Sedangkan balita yang tidak ditimabng sebanyak 251 (7,98%) balita dari seluruh balita yang tercatat. Masih adanya masalah gizi buruk, balita dengan BGM dan balita yang tidak ikut ditimbang membuat penulis tertarik untuk meneliti “Gambaran Peran serta Kader Posyandu Dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di kelurahan Laweyan pada Tahun 2009”.



DOI: https://doi.org/10.36419/jkebin.v1i1.5

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2017 Jurnal Kebidanan Indonesia