FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL DI RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA
Abstract
Angka Kematian Ibu merupakan indikator dalam melihat derajat kesehatan masyarakat, sehingga menjadi salahsatu target yang telah ditentukan dan harus dicapai dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Menurut World Health Organization ( WHO ), abortus didefinisikan sebagai upaya terminasi kehamilan yang dilakukan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan. Kejadian Abortus di RSUD Bayu Asih masih tinggi, Pada tahun 2014 jumlah abortus sebanyak 141 kasus atau 43,52%, dari 324 kehamilan yang mengalami komplikasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus di Rumah Sakit Bayu Asih Tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian dari objek yang akan diteliti. Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang usia kehamilannya ≤ 28 minggu yang di rawat di Rumah Sakit Bayu Asih pada Tahun 2015, dengan kriteria ekslusi molahidatidosa dan kehamilan ektopik terganggu yaitu sebanyak 300. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan Systematic random sampling.
Hasil penelitian dari 185 responden terdapat 125 responden (67,6%) yang abortus dan terdapat 60 responden (32,4%) yang tidak abortus.Dari 4 variabel yang diteliti terbukti secara statistis terdapat satu variabel yang memiliki hubungan yang bermakna, yaitu umur ibu dengan P value = 0,000. Sedangkan variabel yang tidak mempunyai hubungan yang bermakna adalah paritas dengan P value = 0,393 (p>0,05), usia kehamilan dengan P value = 0,650 (p> 0,05), dan penyakit ibu dengan P value = 0, 393(p>0,05). Tenaga kesehatan disarankan meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada pasien yang mengalami abortus dengan menganjurkan untuk merencanakan kehamilan pada umur 20-30 tahun, sebelum memiliki anak lebih dari 3, dalam keadaan sehat serta sering periksa hamil terutama pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, sehingga komplikasi kehamilan khususnya abortus tidak tejadi.
Kata kunci : abortus, umur ibu, paritas, usia kehamilan, penyakit ibu
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian dari objek yang akan diteliti. Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang usia kehamilannya ≤ 28 minggu yang di rawat di Rumah Sakit Bayu Asih pada Tahun 2015, dengan kriteria ekslusi molahidatidosa dan kehamilan ektopik terganggu yaitu sebanyak 300. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan Systematic random sampling.
Hasil penelitian dari 185 responden terdapat 125 responden (67,6%) yang abortus dan terdapat 60 responden (32,4%) yang tidak abortus.Dari 4 variabel yang diteliti terbukti secara statistis terdapat satu variabel yang memiliki hubungan yang bermakna, yaitu umur ibu dengan P value = 0,000. Sedangkan variabel yang tidak mempunyai hubungan yang bermakna adalah paritas dengan P value = 0,393 (p>0,05), usia kehamilan dengan P value = 0,650 (p> 0,05), dan penyakit ibu dengan P value = 0, 393(p>0,05). Tenaga kesehatan disarankan meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada pasien yang mengalami abortus dengan menganjurkan untuk merencanakan kehamilan pada umur 20-30 tahun, sebelum memiliki anak lebih dari 3, dalam keadaan sehat serta sering periksa hamil terutama pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, sehingga komplikasi kehamilan khususnya abortus tidak tejadi.
Kata kunci : abortus, umur ibu, paritas, usia kehamilan, penyakit ibu
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)DOI: https://doi.org/10.36419/jkebin.v9i2.205
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 Jurnal Kebidanan Indonesia : Journal of Indonesia Midwifery